Alhamdulillah, giliran Anggita jadi penjual di acara Friday
market dalam rangka pembelajaran Junior-preneur berakhir manis.
Di rumah, Anggita suka main jual-jualan. Semua barang
dikumpulkan dari buku, mainan, pernak-pernik. Semua dijajar rapi, dan dia
teriak…”Beli…beli…beli…ayo Mama beli !”, sambil tangannya melambai dan menunjuk
ke dagangannya. Dia juga ngerti memberi
harga barang dagangannya, dan memberikan kembalian (meski nggak sesuai, alias ngasal)
Semangat berjualan
Anggita dimulai dari awal menentukan apa yang akan dijual. Bikin cup
cakes itu pilihan Anggi. Gambar cup case-nya pun dipilih sendiri – kupu2.
Sebenarnya Anggita pengin bikin kue-kue cantik seperti yang ada di buku2 resep
koleksi yang bertengger di rak. Sayangnya
si mama belum tergerak juga mencoba. Jadi ya bikin yang simple aja deh.
Hari Jumat ….semua barang dagangan yang ternyata keren-keren
udah rapi berjajar. Baru si mak ini sadar ‘kemasan’ produk Anggita.
Alamaaak…tepok jidat (padahal ini acara Friday Market ke-4 lho, kok bisa ya
nggak perhatiin kemasan). Itu muffin tanpa plastik. Ada sih plastik !/4
kg. Mau dimasukin ke situ, mama2 lain
bilang nggak usah, ya udahlah, pasrah, dan ternyata jelas rawanlah jualan kue
tanpa kemasan. Dibuka takut lalat dan debu, ditutup jadi gak kelihatan.
Tapi the show must go on
Dengan kalem Anggita menempati tempat duduknya, siap
berjualan. Ada banyak sensasi rasa yang ikut saya rasakan saat melihat
Anggita jualan. Saya bisa melihat ekspresinya
dari yang senyum santai, bertopang dagu, bingung menerima uang pembelian sampai
ekspresi yang susah didefinisikan saat dia bertanya ke teman sebelahnya “Awie
udah dapat uang ya…” (sementara kuenya belum laku) Hiks…pengen nangis….langsung mama balik badan, menyingkir...mending nggak lihat deh *halllah
lebay…. (Nggak pa pa lagi, kan sebenarnya 6 kue sebelumnya udah dipesan ama ma Al & ma
Isna, tapi nggak lucu kan kalau Anggi jualan cuma ngadep 4 kue, batin si mak menenangkan diri sendiri, xixixi)
Senyum mulai mengembang, saat kue satu persatu berkurang.
Akhirnya terdengar juga teriakannya...."Mama, kuenya udah habis !"
Aih inilah salah satu kebahagiaan jualan. Terima kasih customers....
Di rumah, dia cerita ke papanya, "Pa, tadi Pak Imam juga beli kue Anggita."
Senyum mulai mengembang, saat kue satu persatu berkurang.
Akhirnya terdengar juga teriakannya...."Mama, kuenya udah habis !"
Aih inilah salah satu kebahagiaan jualan. Terima kasih customers....
Di rumah, dia cerita ke papanya, "Pa, tadi Pak Imam juga beli kue Anggita."
Gimana, seneng jualan ? Tanya mama pada Anggita, dan dia mengangguk
mantap. Apalagi pas dapat uang laba hasil usaha...wow...bahagia luar biasa.
Kerenlah….mental junior preneur Anggita lumayan tangguh, meski pastinya dia ngerti bahwa jualan itu tak semudah melambaikan tangan, (apalagi kalau tangannya diem tanpa melambai-lambai). Yups, nggak bisa santai2 dan tuing kejatuhan pembeli eh duit dari langit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar