Jumat, 09 Agustus 2013

SELAMAT TINGGAL REWEL, BAWEL YANG BIKIN JENGKEL



"Mama, lihat, aku bisa memanjat!"
"Mama, ayo cari Anggita !" Kata yang berulang terdengar. Kadang saya menghela nafas sambil berpikir, kapan pamer kebisaan ini berakhir.  Saat sedang tak diburu keperluan lain tentu saya dengan senang hati bertepuktangan melihat kepiawaiannya memanjat, berpura-pura mencari dan bingung menemukan di mana dia sembunyi, tapi saat saya sedang melakukan sesuatu yang menurut saya penting, panjatannya adalah kejadian biasa-biasa saja, dan luput dari applaus bangga. Herannya si balita ini selalu bisa tahu bila saya nggak serius dan fokus memperhatikan. Tangan si mama ini pun ditarik-tarik, diminta melepaskan apa yang ada di genggaman, sampai kepala mama yang enggan menatap dipegangin. Perilaku yang terasa menjengkelkan dan mampu menumbuhkan tanduk. Selanjutnya rentetan permintaan yang terasa mengada-ada, yang selalu tidak memuaskan hatinya. Kebawelan berlanjut kerewelan yang memporak poranda hari saya.
        Begitulah cara Anggita menyadarkan saya. Faktanya, siapa pun, tak peduli berapa usianya selalu ingin berbagi kabar penting dan diperhatikan. Yah, kalau kita para orang dewasa ini setiap kali ingin berbagi hal yang menurut kita penting, seperti kabar pencapaian kemenangan, sedikit prestasi (yang mungkin nggak berarti buat orang lain),  harusnya kita sadar balita pun punya kebutuhan yang sama. Mereka suka memamerkan/melakukan sesuatu yang telah berhasil mereka kuasai setelah usaha yang entah betapa menguras energi yang luput dari perhatian kita. Baginya berhasil melompat, bukan sesuatu yang sepele. Hingga sudah selayaknya kita selalu meluangkan waktu saat si balita ini meminta perhatian.
       Sungguh, ternyata perhatian tulus, pujian "Wah, hebat, Anggita udah bisa memanjat !" yang tak sampai semenit itu membuatnya tersenyum puas dan ia pun bahagia, tertawa sampai kemudian dia beralih ke permainan lain.Sikapnya sungguh manis, nggak ada rewel, bawel yang bikin jengkel lagi, karena dia sudah cukup puas diperhatikan.
       
        Jadi, saya memilih menyisihkan perhatian dengan membiarkan krucil ini sedikit membanggakan diri. Menunjukkan bahwa kita terkesan dan suka melihatnya. Perhatian dan sedikit pujian membuat anak percaya diri, dan menerima harga diri positif yang mereka rasakan atas pencapaian itu. Setelah itu yakinlah, kita akan mempunyai waktu santai kita karena perilaku baik mereka, terbebas dari kerewelan yang menjengkelkan.
         Ya, saya merasakan dan meyakini hal ini  

Semakin kita membuat anak-anak menyenangi diri mereka, semakin mereka mau berperilaku lebih baik

Minggu, 04 Agustus 2013

AKTIVITAS FISIK MEMBUAT ANAK MERASA LEBIH BAIK



         Anggita, memang cenderung kalem, tapi seperti kebanyakan balita lainnya, ia sedang sangat suka bergerak Melompat, memanjat kursi, bahkan berayun di pintu pagar saat ada kesempatan membuka pintu pagar. Begitulah masa-masa aktif balita. Meski saya kadang khawatir dengan keamanannya, tentu saja saya tak bisa dan tak boleh melarang anak bergerak. Bergerak penting untuk tumbuh kembang optimal anak, membuat anak selalu sehat, bugar dan ceria. Saya menyadari bermain dan melakukan aktivitas fisik sama pentingnya dengan memberi anak makanan bergizi. Menurut National Association for Sport and Physical Education, balita harus mempunyai  waktu beberapa jam untuk bermain setiap hari plus 60 menit aktivitas fisik yang diawasi dan terstruktur. Itulah kenapa saya selalu berusaha mencari permainan yang membuat anak bergerak dengan pendampingan penuh.
         Dulu sebelum bersekolah di TK, seminggu sekali saya perlu mengajaknya bermain di taman bermain. Saat berada di taman bermain baik outdoor maupun indoor tentu tak sulit untuk mendapatkan aneka permainan yang mendorong anak melakukan aktivitas fisik. Ayunan, perosotan sepertinya menjadi mainan favorit Anggita, tentu plus memanjat naik turun palang-palang warna-warni.
Sayang, kami tak bisa bermain di taman bermain setiap hari. Tentu saja, tidak pergi ke taman bermain bukan berarti tak melakukan aktivitas fisik. Sebisa mungkin saya akan sempatkan mengajak Anggita berjalan-jalan ke luar rumah jika cuaca cerah, dan menciptakan permainan tanpa alat bermain, seperti mengitari pohon, petak umpet, atau tantangan melompat. Saat cuaca tak bersahabat, tetap saja kami tak melupakan aktivitas fisik, bergerak agar tak terjebak kenyamanan menonton TV atau game computer di rumah.
         
Banyak permainan yang mendorong anak menjadi lebih aktif. Kami melakukan olah raga gembira baik di dalam atau di luar rumah yang tak terpengaruh cuaca.
Aktivitas fisik bisa dilakukan dengan atau tanpa alat bantu permainan. Aktivitas tanpa alat bantu yang kami lakukan biasanya sih petak umpet, bernyanyi  dan bergaya bersama. Gerak dan lagu adalah salah satu cara kami melakukan olah raga gembira.
Lagu favorit Anggita yang ada gerakan lompat-lompat :
“Kelinci melompat, melompat lompat, kelinci melompat ke kanan dan ke kiri. Bebeknya berenang, berenang wek-wek, bebeknya berjalan, jalannya megal-megol”
Atau
“Melompat-lompat jalan kelinciku, telinganya bergerak selalu, kukejar-kejar sampai aku penat tak tertangkap hap karena cepat.”
Yang nggak pakai lompat-lompat tapi tetap bergerak itu lagu "Setelah jongkok berdiri lagi 3x...kita selalu riang" atau “Kepala, pundak, lutut, kaki, lutut kaki..daun telinga, mata, hidung, dan pipi.” Biasanya pas selesai pegang pipi kami selalu tertawa. Senang rasanya melihat Anggita tertawa, segar dan bugar. Kadang kami menari bersama, tari kupu-kupu, juga menirukan jalannya kucing dengan merangkak, jalan jerapah sambil memanjangkan leher. Aktivitas ini bermanfaat untuk menguatkan dan melenturkan otot-otot tubuh plus menunjang stamina.
          Olah raga gembira dengan alat bantu permainan membuat aktivitas lebih menarik. Bola, jadi mainan favorit, menantang keaktifan dan kreatifitas. Ya, biasanya anak aktif adalah anak cerdas yang bila diarahkan dan distimulasi dengan baik akan menjadi anak kreatif.
         Saya biasanya memulai dengan lempar tangkap bola, terus menggelindingkan bola mengenai objek tertentu, atau meminta Anggita menendang bola dengan pelan, keras, ke atas, ke kanan, ke kiri. Memasukkan bola ke keranjang, atau bermain dengan bola warna-warni, dan meminta Anggita mengambil bola warna tertentu ditaruh di kotak A, B, C dan sterusnya. Permainan-permainan tadi akan meningkatkan kemampuan koordinasi tangan dan mata, sekaligus beberapa aspek kecerdasan anak. Saya menjadi takjub ketika dalam bermain kemudian Anggita bergeser menjadi leader yang memimpin permainan, dan mulai nampak kreatifitasnya. “Sekarang kita main tepok bola pakai raket ini aja, ya.” kata Anggita sambil mengambil raket tennis plastiknya. Kadang dia pun menolak dengan argumentasinya, “Nggak, jangan begitu, Anggita bukan yang nangkap bola. Kita taruh boneka, terus nanti pura-pura boneka yang nangkap aja.” Saya tersenyum,sambil membatin “Nih anak kreatif juga” (mungkin karena bosan disuruh nangkap bola terus dan sering meleset, xixi) Asyiknya  saya jadi nggak mati gaya, karena bisa nanya ke Anggita “Enaknya, sekarang kita ngapain lagi ya ?”
        Mengapa aktivitas fisik ini penting ? Dalam suatu artikel di majalah yang pernah saya  baca, olah raga akan memperkecil resiko anak terserang sejumlah penyakit. Setidaknya ada beberapa manfaat ketika anak bergerak, antara lain
  1. Memperkuat jantung, pembuluh darah, paru-paru, dan tulang
  2. Mengontrol berat badan : kelebihan lemak akan dibakar untuk menghasilkan kalori
  3. Mengurangi kadar gula darah hingga mengurangi resiko terserang diabetes
  4. Meningkatkan level energi : Anak yang aktif akan merasa energik dan segar
  5. Menenangkan : Aktivitas fisik membuat tubuh melepaskan zat beta-endorfin yang membuat anak merasa lebih baik dan nyaman
Nah, semuanya itu akan menunjang anak belajar dan menjalani proses tumbuh kembang dengan baik.
Keterlibatan mama sebagai teman bermain, tentu tak kalah penting, karena akan membuat anak lebih gembira bila mamanya ikut bergerak/bermain bersama. Itulah hal terbaik yang bisa mama lakukan saat ada kesempatan bersama anak. 
Perpaduan antara alat permainan dan mama sebagai teman bermain itu bukan main manfaatnya. Sama pentingnya dengan sinergi antara nutrisi dan stimulasi untuk tumbuh kembang anak.