Selasa, 13 Oktober 2015

MAAF

Sesungguhnya saya adalah mama yang beruntung. Anggita bukan anak yang sulit, bahkan cenderung manis.
Hanya saja, seperti anak2 lain kadang dia meminta perhatian lebih. Malam ini saat bersiap shalat Isya dan saya sudah bertakbir, dia bilang kakinya capek. Tentu saja saya abaikan dan lanjut shalat. Nah, akhirnya dia ngomong terus 'kakiku capek'..berulang-ulang. Harusnya sih saya berhenti sebentar membatalkan sholat trus merespon rewelnya, tapi saya lagi pengin terus sholat dan akhirnya selesai sholat Anggi menangis frustasi dan saya emosi karena rewelnya mengganggu konsentrasi shalat. Selesai shalat, saya pangku dia untuk berdoa dan memberi tahu tentang sikapnya yang yang nggak bagus, tapi dia 'ngeyel' dan masih ngomong terus 'tapi kakiku capek beneran shalatnya gimana', katanya sambil nangis.
Gemeeess banget rasanya pengin nyubit, setelah 'nada tinggi' saya tak mempan. Saya selalu memilih menyingkir, diam dan meninggalkannya masuk kamar.
Anggi masih nangis saat si Pa'nya pulang dari Masjid. Alhamdulillah si Pa'nya bisa menghibur dan menghentikan tangisnya. Berdua mereka keluar rumah lihat pawai tarhib Muharram dan beli roti.
Pulangnya, Anggita memberikan kertas yg dilipat. Aiih ternyata permintaan maaf.
Kemudian minta dikuncir 2 dan cerita  sambil ketawa2.
Saya juga sedikit menyesal dengan ketidaksabaran saya. Bahkan bentakan dan cubitan kadang terlepas begitu saja. Ah, padahal saya tahu masa2 krucil rewel, beralasan macam2 untuk tidak melakukan kewajibannya, akan berlalu bersama waktu.
Memandang tulisan tangan, senyum dan wajah gembira berkuncir dua ini membuat saya ingin bilang maaf berkali-kali untuk ketidaksabaran dan abai saya yang terus berulang-ulang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar